Pentingnya Prioritas dalam Pernikahan

Pernyataan seperti ini sering memancing kontroversi karena menyentuh dua nilai besar dalam budaya banyak masyarakat: ketaatan pada orang tua (terutama ibu) dan tanggung jawab dalam pernikahan. Mari kita uraikan dua poinnya secara netral dan kritis:

1. “Istrimu tanggung jawabmu, kalau ibumu tanggung jawab bapakmu setelah nikah.”

Analisis:

✅ Benar secara syar'i dan logika rumah tangga: Setelah menikah, laki-laki memang wajib menafkahi istrinya. Sedangkan ibunya sudah menjadi tanggung jawab suaminya (ayah si laki-laki), secara struktural.

⚠️ Tapi tidak mutlak: Jika ayahnya sudah meninggal atau tidak mampu, maka anak (terutama laki-laki) tetap berkewajiban merawat ibunya. Jadi tanggung jawab itu bisa berpindah sesuai kondisi.

๐Ÿ’ก Kesimpulan: Ini bisa benar dalam konteks pembagian peran, tapi tidak berarti lepas tanggung jawab pada ibu.

2. “Prioritas utamamu itu istrimu, kalau ibumu itu yang dituntut baktimu bukan prioritas. Kalau belum paham, jangan nikah dulu.”

Analisis:

✅ Dalam pernikahan sehat, istri memang jadi prioritas sebagai pasangan hidup yang harus diurus dan dilindungi.

⚠️ Namun ‘bukan prioritas’ untuk ibu bisa terdengar ekstrem. Dalam Islam dan budaya Timur, berbakti pada orang tua—khususnya ibu—adalah kewajiban seumur hidup.

๐Ÿ”ฅ Potensi konflik: Kalimat ini mudah disalahpahami sebagai “tinggalkan ibumu demi istrimu,” padahal keduanya harus diseimbangkan.

✍️ Catatan Penyeimbang

๐Ÿ’ฌ Ibu adalah sumber baktimu, istri adalah tanggung jawabmu. Keduanya bukan untuk dipertentangkan, tapi untuk diurus dengan adil dan bijak.

Comments

Popular posts from this blog

Kertas Doff Cetak Foto